What is Happiness? Just a Story
Haii...
Finally, kesentuh lagi ini Blog setelah sekian lama berdiam diri.
So many things happened beberapa bulan terakhir, mulai dari struggle di kerjaan baru, pergulatan batin (halaah), dan kegalauan2 lainnya yang tidak bisa disebutkan 1 per 1.
First of all, I have found the answer about "is he the one?" jawabannya adalah ternyata NO.
He went away for almost 2 months now. So yes, i'm theoretically and practically free.
Sedih? a bit. Tapi ya udahlah, mau bilang apalagi.
Anyway guys, postingan kali ini tetep gak bakal review product. Kali ini aku pegen banyak cerita aja ke kalian semua apa sih rasanya jadi "Single Parent."
Apa coba rasanya?
ada yang bisa kasih tau? Nano-nano; For sure.
Jadi single parent itu melatih kamu untuk jadi perempuan strong (bakoh tak terdandingi). Ooops, bukan berarti aku ngajarin kalian untuk meniru kejelekan yang aku punya. Aku juga gak nyaranin kalian kalo mau strong untuk jadi single parent. A Big NO. PLEASE, jangan menyalah artikan (since you can't hear me through text 😡).
Beneran deh, karena (duh gimana jelasinnya) kalian harus belajar mengandalkan diri kalian sendiri. Which i'm trying so damn hard, kadang aku masih butuh bantuan orang juga (guys please, i'm not an angel, so don't judge!!).
Jadi single parent itu kalian diajari gimana caranya gak bisa egois. Trust me, ketika kalian single means kalian belom punya anak, kalian cenderung tidak memikirkan orang lain, in this case maksudnya anak lohhh ya... Some of you mungkin bakal bilang "ahh enggak juga, aku mikirin ortu, mikirin pacar, mikirin kakak atau adik" Guys, percayalah itu berbeda!!
Mikirin anak itu gak kayak kalian mikirin pacar dkk.
Lebih kepada beban moral sih...
Ketika kamu mau pergi keluar bareng temen-temen, klo dulu single kalian bisa dengan gampangnya cuss... Tapi ketika kalian punya anak, hal begitu udah susah banget kalian lakuin. Pulang kerja yang diinget langsung anak.
Kalian mau nongkrong cantik dikit dibilang gak ngurusin anak (which happens to me).
Kalian mau me time dikit dibilang egois.
Kalian beli sesuatu untuk diri kalian sendiri dibilang gak ngurusin anak.
Masih banyak perkataan perkataan yang mungkin keluar dari mulut orang untuk kalian kalo ngeliat hal yang mungkin agak "abnormal" sedikit dari arti "menjadi seorang ibu."
PERCAYALAH, it's never be easy. The journey is so damn hard even for me too.
4 tahun yang lalu, memang masa paling sulit dalam hidup aku.
Jatuh dan berpikir gak bakal pernah sanggup bangun. But here i am, half broken, but i'm sure oneday i'll be okay. One day aku bakal nengok ke belakang dan sadar bahwa aku sanggup ngelewatin semua itu.
Dari 4 tahun lalu juga aku udah lupa apa namanya having fun, jalan-jalan sama temen, dll.
Udah susah banget punya waktu untuk diri sendiri. Kadang depressed, capek, sedih, kesel semua kecampur jadi 1.
Mau marah sama siapa?
Mau bentak-bentak sama siapa?
Mau luapin emosi sama siapa?
Mau nangis sama siapa?
Mau minta peluk ke siapa?
Mau lari ke siapa?
Gak ada. Semua dijalanin sendiri.
Semua emosi dipendam jadi 1. Lebih baik diam daripada bikin suasana tambah keruh.
Kadang udah diem pun masih jadi sasaran kemarahan orang banyak.
"Udah punya anak masih gak tau diri,"
"Udah bikin dosa masih gak tobat, hidup gak mau berubah"
"Emang kelakuan nya nunjukkin kalo kamu tuh murahan!!"
"Orang lain bisa selamat-selamat aja, gak ada yang kayak kamu idupnya!!"
"Emang bisanya bikin susah orang tua aja"
"Emang mau kan kalo orang tua lo mati? biar lo bebas mau pacaran sama siapa? sengaja kan lo?"
"Jadi orang, udah buat dosa masih aja kegatelan"
"Emang enak? kegatelan sih dulu, bego kan ngiket diri sendiri"
dan masih banyak hal lain yang biasanya suka disebut. Sedih? ia. Kesel? ia.
Mau marah? ke siapa?
Mau cerita? ke siapa?
Mau nangis? sama siapa?
At the end? dipendam lagi sendiri.
Ia, emang lebih baik begitu. Dipendam.
Sejak 4 tahun lalu aku belajar memendam kekecewaan, sakit, luka batin. Kadang aku merasa lebih baik nangis sebelum tidur (atau bahkan sampe ketiduran) dengan harapan, besok pagi bangun udah seger. Lupa sama semua masalah.
But the fact is? Masalahnya masih di situ.
Terus yang salah apa? Entahah.
Sejak 4 tahun lalu juga aku gak percaya yang namanya "true love" atau "happy ending"
Buat aku 2 hal itu gak ada.
Kadang suka iri liat temen-temen yang masih bisa kesana kesini dengan bebasnya.
Mau pulang malem gak ada yang nyari,
Mau jalan kemana juga bebas,
Mau jalan sama pacar juga ok (lah sini mah apa atuh)
I miss that kind of freedom. I need my own life as well.
Suka ada yang bilang:
"Keluar gih sana, kemana gitu, refreshing"
"Jalan-jalan sana, mana tau ketemu jodoh,"
"Banyak-banyak kenalan deh sama orang baru,"
HOW???
So far, belum ada yang bener-bener sanggup untuk ngerti itu.
Aku tuh ya pingin bisa jalan-jalan bareng temen,
Aku tuh ya pingin bisa keluar malem minggu kemana gitu,
Aku tuh ya pingin punya kehidupan yang seimbang,
Pingin banget malah!!!
Tapi serba salah gini.
Aku bukan gak mau, tapi emang kondisinya lagi gak mungkin untuk aku ngelakuin hal itu. Paham?
I MISS THE OLD ME.
Untuk tidur aja, kadang aku baru tidur jam setengah 3 pagi untuk nyiapin ini itu untuk kerja besok pagi, belom lagi kalo banyak banget gosokan baju. Belom lagi kalo anak tetiba rewel tengah malem.
Sedangkan besok paginya aku harus bangun pagi jam 5 paling lambat setengah 6 pagi.
Kadang sampe suka ketiduran di atas meja kantor (which is very damn true). Ngantuk, lelah, depressed, sedih, kesel, semu jadi 1. Kalo udah gitu? bisanya cuma nangis (atau paling nyaman adalah minum pereda nyeri atau sakit kepala buat nahan sakit kepala gegara pusing, Sampe sekarang masih gak tau gimana caranya lepas dari painkiller).
Cengeng emang. Tapi mau gimana lagi. Kadang omongan sedikit dari orang luar bisa nyulut emosi. Kenapa? kecapekan sebenernya. Lelah.
Atau ada orang yang rela pundaknya jadi tempat nangis atau bahkan aku pukulin dadanya kalo aku kesel? LOL.
TERUS KALO UDAH GINI SIAPA YANG DISALAHIN??
Gak ada. Biasanya suka nyalahin diri sendiri, which leads to more depression.
Obatnya cuma 1, dipeluk dan biarin aku nangis sejadi-jadinya.
Dan lagi? SIAPA YANG MAU?
Guys, aku disini gak nyari pembelaan atas apapun. Ini cuma isi hati yang udah lama banget aku pendam. Aku harus apa? Harus gimana?
Ujung-ujungnya ya nangis sendiri.
😢😢😢😢😥😥
Finally, kesentuh lagi ini Blog setelah sekian lama berdiam diri.
So many things happened beberapa bulan terakhir, mulai dari struggle di kerjaan baru, pergulatan batin (halaah), dan kegalauan2 lainnya yang tidak bisa disebutkan 1 per 1.
First of all, I have found the answer about "is he the one?" jawabannya adalah ternyata NO.
He went away for almost 2 months now. So yes, i'm theoretically and practically free.
Sedih? a bit. Tapi ya udahlah, mau bilang apalagi.
Anyway guys, postingan kali ini tetep gak bakal review product. Kali ini aku pegen banyak cerita aja ke kalian semua apa sih rasanya jadi "Single Parent."
Apa coba rasanya?
ada yang bisa kasih tau? Nano-nano; For sure.
Jadi single parent itu melatih kamu untuk jadi perempuan strong (bakoh tak terdandingi). Ooops, bukan berarti aku ngajarin kalian untuk meniru kejelekan yang aku punya. Aku juga gak nyaranin kalian kalo mau strong untuk jadi single parent. A Big NO. PLEASE, jangan menyalah artikan (since you can't hear me through text 😡).
Beneran deh, karena (duh gimana jelasinnya) kalian harus belajar mengandalkan diri kalian sendiri. Which i'm trying so damn hard, kadang aku masih butuh bantuan orang juga (guys please, i'm not an angel, so don't judge!!).
Jadi single parent itu kalian diajari gimana caranya gak bisa egois. Trust me, ketika kalian single means kalian belom punya anak, kalian cenderung tidak memikirkan orang lain, in this case maksudnya anak lohhh ya... Some of you mungkin bakal bilang "ahh enggak juga, aku mikirin ortu, mikirin pacar, mikirin kakak atau adik" Guys, percayalah itu berbeda!!
Mikirin anak itu gak kayak kalian mikirin pacar dkk.
Lebih kepada beban moral sih...
Ketika kamu mau pergi keluar bareng temen-temen, klo dulu single kalian bisa dengan gampangnya cuss... Tapi ketika kalian punya anak, hal begitu udah susah banget kalian lakuin. Pulang kerja yang diinget langsung anak.
Kalian mau nongkrong cantik dikit dibilang gak ngurusin anak (which happens to me).
Kalian mau me time dikit dibilang egois.
Kalian beli sesuatu untuk diri kalian sendiri dibilang gak ngurusin anak.
Masih banyak perkataan perkataan yang mungkin keluar dari mulut orang untuk kalian kalo ngeliat hal yang mungkin agak "abnormal" sedikit dari arti "menjadi seorang ibu."
PERCAYALAH, it's never be easy. The journey is so damn hard even for me too.
4 tahun yang lalu, memang masa paling sulit dalam hidup aku.
Jatuh dan berpikir gak bakal pernah sanggup bangun. But here i am, half broken, but i'm sure oneday i'll be okay. One day aku bakal nengok ke belakang dan sadar bahwa aku sanggup ngelewatin semua itu.
Dari 4 tahun lalu juga aku udah lupa apa namanya having fun, jalan-jalan sama temen, dll.
Udah susah banget punya waktu untuk diri sendiri. Kadang depressed, capek, sedih, kesel semua kecampur jadi 1.
Mau marah sama siapa?
Mau bentak-bentak sama siapa?
Mau luapin emosi sama siapa?
Mau nangis sama siapa?
Mau minta peluk ke siapa?
Mau lari ke siapa?
Gak ada. Semua dijalanin sendiri.
Semua emosi dipendam jadi 1. Lebih baik diam daripada bikin suasana tambah keruh.
Kadang udah diem pun masih jadi sasaran kemarahan orang banyak.
"Udah punya anak masih gak tau diri,"
"Udah bikin dosa masih gak tobat, hidup gak mau berubah"
"Emang kelakuan nya nunjukkin kalo kamu tuh murahan!!"
"Orang lain bisa selamat-selamat aja, gak ada yang kayak kamu idupnya!!"
"Emang bisanya bikin susah orang tua aja"
"Emang mau kan kalo orang tua lo mati? biar lo bebas mau pacaran sama siapa? sengaja kan lo?"
"Jadi orang, udah buat dosa masih aja kegatelan"
"Emang enak? kegatelan sih dulu, bego kan ngiket diri sendiri"
dan masih banyak hal lain yang biasanya suka disebut. Sedih? ia. Kesel? ia.
Mau marah? ke siapa?
Mau cerita? ke siapa?
Mau nangis? sama siapa?
At the end? dipendam lagi sendiri.
Ia, emang lebih baik begitu. Dipendam.
Sejak 4 tahun lalu aku belajar memendam kekecewaan, sakit, luka batin. Kadang aku merasa lebih baik nangis sebelum tidur (atau bahkan sampe ketiduran) dengan harapan, besok pagi bangun udah seger. Lupa sama semua masalah.
But the fact is? Masalahnya masih di situ.
Terus yang salah apa? Entahah.
Sejak 4 tahun lalu juga aku gak percaya yang namanya "true love" atau "happy ending"
Buat aku 2 hal itu gak ada.
Kadang suka iri liat temen-temen yang masih bisa kesana kesini dengan bebasnya.
Mau pulang malem gak ada yang nyari,
Mau jalan kemana juga bebas,
Mau jalan sama pacar juga ok (lah sini mah apa atuh)
I miss that kind of freedom. I need my own life as well.
Suka ada yang bilang:
"Keluar gih sana, kemana gitu, refreshing"
"Jalan-jalan sana, mana tau ketemu jodoh,"
"Banyak-banyak kenalan deh sama orang baru,"
HOW???
So far, belum ada yang bener-bener sanggup untuk ngerti itu.
Aku tuh ya pingin bisa jalan-jalan bareng temen,
Aku tuh ya pingin bisa keluar malem minggu kemana gitu,
Aku tuh ya pingin punya kehidupan yang seimbang,
Pingin banget malah!!!
Tapi serba salah gini.
Aku bukan gak mau, tapi emang kondisinya lagi gak mungkin untuk aku ngelakuin hal itu. Paham?
I MISS THE OLD ME.
Untuk tidur aja, kadang aku baru tidur jam setengah 3 pagi untuk nyiapin ini itu untuk kerja besok pagi, belom lagi kalo banyak banget gosokan baju. Belom lagi kalo anak tetiba rewel tengah malem.
Sedangkan besok paginya aku harus bangun pagi jam 5 paling lambat setengah 6 pagi.
Kadang sampe suka ketiduran di atas meja kantor (which is very damn true). Ngantuk, lelah, depressed, sedih, kesel, semu jadi 1. Kalo udah gitu? bisanya cuma nangis (atau paling nyaman adalah minum pereda nyeri atau sakit kepala buat nahan sakit kepala gegara pusing, Sampe sekarang masih gak tau gimana caranya lepas dari painkiller).
Cengeng emang. Tapi mau gimana lagi. Kadang omongan sedikit dari orang luar bisa nyulut emosi. Kenapa? kecapekan sebenernya. Lelah.
Atau ada orang yang rela pundaknya jadi tempat nangis atau bahkan aku pukulin dadanya kalo aku kesel? LOL.
TERUS KALO UDAH GINI SIAPA YANG DISALAHIN??
Gak ada. Biasanya suka nyalahin diri sendiri, which leads to more depression.
Obatnya cuma 1, dipeluk dan biarin aku nangis sejadi-jadinya.
Dan lagi? SIAPA YANG MAU?
Guys, aku disini gak nyari pembelaan atas apapun. Ini cuma isi hati yang udah lama banget aku pendam. Aku harus apa? Harus gimana?
Ujung-ujungnya ya nangis sendiri.
😢😢😢😢😥😥